Home / Romansa / Ayah Anakku Adalah sang Presdir / 02 : Bertemu Dengan Si Kakek Kekar 

Share

02 : Bertemu Dengan Si Kakek Kekar 

Author: Kaagaluh
last update Last Updated: 2023-05-20 15:22:54

Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung.  

Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu.  

Ia mendengus kesal.  

“Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.”  

Kruyuk!!  

Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama.  

“Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!”  

Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pelayan yang berlalu lalang, hanya ada seorang satpam di depan pintu. Pria itu juga justru menyuruhnya untuk mengetuk rumah ini seorang diri.  

“Apa yang kau lakukan di sini, Nona?” tanya seseorang yang tepat berada di belakang Satchel.

Satchel terkejut bukan main. Kepala belakangnya saja sampai mengenai dada pria itu yang mengenakan tuksedo hitam.  

“Uh? Aku—aku baru saja melamar pekerjaan.” Ia mendongak. 

“Bagaimana kau bisa sampai di sini tanpa penjagaan yang ketat?” Nada suara pria itu datar tapi terdengar menggeram. Satchel bisa juga melihat kedutan samar di bibirnya.  

“Penjaga di depan gerbang tadi mengizinkanku masuk seorang diri,” katanya berbicara dengan apa adanya. Memang seperti itu.  

Namun, setelah Satchel katakan demikian, ia melihat wajah pria itu yang bertambah kaku. Bisa dipastikan bahwa manik yang tertutup kacamata itu memandang dengan sangat tajam.   

“Alan!” desisnya pelan. Tapi itu bisa membuat Satchel mendengar cukup jelas.  

Pria berbadan besar itu berdeham. “Anda sudah bertemu dengan Tuan Muda?” 

“Apakah yang kau anggap tuan muda itu adalah seorang pria yang memiliki tinggi begini?” Satchel menaikkan tangannya di udara dan memberikan gambaran pada pria ini. “Pria yang memiliki tindik di telinga?”  

“Ya.”  

Satchel menghela napas. Sudah ia duga bahwa pria yang disebut sebagai Tuan Muda itu adalah pemilik dari rumah besar ini.  “Ya, aku sudah menemuinya di sini.” Sedikit menekankan kata ‘di sini’ agar tahu bahwa Tuan Muda itu sangat menyebalkan.  

“Lantas bagaimana? Apakah Anda masih memiliki urusan yang lain lagi? Kalau tidak, maka Anda bisa angkat kaki dari rumah ini.” 

Jika saja rahang Satchel elastis, bisa dipastikan saat ini akan jatuh menyentuh lantai.  

“Kau mengusirku?” tanya Satchel yang masih sedikit terkejut dengan perkataan pria besar itu.

“Tidak mengusir. Tapi ini adalah prosedur yang ada. Jika tamu sudah selesai, maka segeralah untuk pergi dan melanjutkan aktivitas Anda. Saya tahu bahwa Anda juga pasti tidak diterima oleh Tuan Muda.”  

Ya Tuhan, Satchel sudah hidup di dunia ini selama kurang lebih 25 tahun dan sekarang ia malah menemukan banyak pria yang sangat menyebalkan dalam satu rumah? Oh! Satchel tahu, apakah ini semua adalah karena ia telah— 

“Hei!” Jentikkan jemari penjaga ini ada di depan muka Satchel. “Anda tidak perlu melamun, yang Anda perlukan adalah cepat pergi dari sini karena sebentar lagi Tuan Besar akan datang. Ia sangat tidak menyukai orang lain menginjakkan kaki di rumahnya.”  

Satchel dengan cepat langsung pergi sambil menyentak kaki di setiap langkah yang ia ambil. 

Awas saja mereka. Aku bisa pastikan bahwa akan tetap menginjakkan kaki di rumah ini dan  menjadi pengasuh bayi miliarder.  

***

Satchel menghela napas panjang berulang kali. Ia bahkan sudah mengumpat pada mesin kaleng soda ini dan mencurahkan isi hati pada benda biru yang tingginya lebih darinya. Memang benar, lebih enak bercerita pada benda mati daripada harus bercerita pada makhluk hidup yang mungkin saja bisa buatmu emosi karena komentarnya.  

Satchel kembali merogoh koin yang ada di tas kecil dan tidak mendapatkan apa-apa.  Semua habis.

“Ya, Tuhan, uangku sudah habis dan aku belum bisa membeli makanan untuk cacing di perutku?” Sungguh di umur yang begini entah kenapa ia merasa sangat miris menjalani hidupnya sendiri. Tak ada dolar bahkan uang koin di saku.  

Saat masih meratapi nasib yang tak kunjung usai, ia melihat ada tangan besar merogoh untuk memasukkan lembaran dolar pada mesin soda itu. Sontak satchel langsung menyingkir.

Seorang pria tua dengan tongkat yang ada di tangannya. Belum lagi penampilan pria itu sangatlah elegan dan juga terlihat kaya.  

Satchel memutar bola matanya. Ini adalah kali ketiga ia menemukan pria yang serupa dalam kurun waktu dua jam. Ia jadi sanksi bahwa Toronto ini dihuni oleh orang kaya semua dan hanya dialah penduduk termiskin.  

“Minumlah,” kata pria tua itu dan memberikan kaleng soda yang mahal daripada lainnya.  

Satchel kikuk. Ternyata ia salah besar. Pria baya ini cukup baik.  

Satchel mengambil kaleng soda itu dan mengatakan terima kasih.  

“Apa yang sedang kau lakukan di sini? Aku bahkan sudah melihatmu bermenit-menit yang lalu berbicara dengan benda ini.” Pria baya itu bertumpu pada tongkatnya yang hitam dan mengkilap.  

Sungguh Satchel malu. Jadi, sedari tadi ada orang yang melihatnya? 

Mungkinkah mukaku sekarang memerah?  

“Aku tidak ... Ya Tuhan, aku sedang mencari pekerjaan selama beberapa bulan ini dan tak kunjung mendapatkan.” Satchel sudah pasrah dibuatnya. “Dan sekarang aku sedang melakukan wawancara untuk menempatkan diri sebagai pengasuh bayi. Tapi sebelum melihat lamaran, aku langsung ditolak karena penampilanku yang seperti ini.” Rasanya Satchel ingin menangis karena sudah mencurahkan hati pada orang asing.  

Kening pria itu mengernyit saat membalas perkataannya. “Kau sedang mencari pekerjaan? Padahal jika melihat dari penampilanmu, aku justru melihat bahwa kau sedang menikmati hidupmu yang sudah layak.” 

Kau tidak bisa melihat hanya dengan penampilan, Kakek Tua, dengusnya dalam hati.

Memang yang ia pakai ini bukankah pakaian murah, melainkan pakaian yang selalu terpajang di sebuah butik atau toko dengan merek terkenal yang harganya bahkan bisa membuat semua orang senyum-senyum sendiri.  

“Tapi kenyataan tidak seperti yang Anda lihat, Kek,” balas Satchel.  

Kemudian Kakek itu malah mengambil sesuatu di saku celananya dan memberikan lembaran kertas.  “Kau bisa datang ke rumah ini dan melamar pekerjaan, kami sedang membutuhkan tenaga kerja.”  

Satchel membaca kartu nama dan tempat tinggal itu dengan saksama. Karena ia tidak langsung percaya dengan orang lain, apalagi banyak sekali modus yang mengatakan bahwa mereka membutuhkan tenaga kerja. Namun, pada saat sampai di sana takutnya ia malah dijual di rumah bordil atau menjadi korban perdagangan manusia.  

“Bukankah ini adalah rumah besar yang aku kunjungi tadi?” Bibirnya sedikit berkedut dan kemudian membuka koran untuk memastikan alamat yang sama pada kartu nama tersebut.  

Benar saja dugaanku!  

Satchel langsung menatap pria baya yang sedari tadi memperhatikan seluruh gerakannya. Melihatnya dengan pandangan menyelidik. “Anda tinggal di tempat ini?”  

“Ya.”  

Satchel menghela napas dan merasakan bahwa bahunya merosot sempurna. “Aku sudah ke sana hari ini dan mendapatkan perlakuan tak menyenangkan si pemilik. Pria muda dengan telinga yang ditindik bahkan mengatakan padaku jika aku terlihat seperti penari striptease.” 

Tanpa di duga, Kakek itu justru tertawa hingga membuatnya sedikit terbatuk. “Pasti dia langsung menolak serta mengejekmu, kan?” 

Satchel mengangguk.  

“Sudah aku duga. Tak apa, kau datanglah besok sekitar jam sembilan pagi. Temui aku dan katakan pada penjaga untuk menemui Addy Walton. Aku akan menunggumu sebelum berangkat ke kantor.”  

Seperti mendapatkan angin segar, Satchel berjingkrak-jingkrak. Ternyata Kakek ini penyelamat dirinya. 

Benar seperti harapan, ia bisa menginjakkan kaki di dalam rumah itu besok. Mengatakan pada pria yang sudah mengatainya tadi bahwa dinding rumahnya tidaklah selalu kokoh. Banyak celah yang bisa wanita itu masuki.  

Ia menyeringai, Hai, Tuan Muda, aku tak sabar melihatmu besok dan menjadikan ekspresi jelekmu menjadi leluconku seumur hidup!

Related chapters

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    03 : Menahan Malu  

    Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya.   Keluarga kaya?   Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya.   “Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko.  Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Sia

    Last Updated : 2023-05-20
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    04 : Dikejar Kawanan Pria Jas Hitam 

    “Anda tidak bisa lari lagi, Nona!”   Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah.   Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?”   “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel.   Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu

    Last Updated : 2023-05-20
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir     05 : Bertemu Dengan Tuan Muda  

    Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung.   Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease.   Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis.   Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar.   “Anda datang

    Last Updated : 2023-05-20
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    06 : Kontrak Diri

    Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik. "Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang. Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh. "Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua. "Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Mema

    Last Updated : 2024-01-14
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    07 : Kebencian Yang Semu

    Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun

    Last Updated : 2024-01-15
  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    01 : Percobaan Pertama  

    “Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah.   “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam.   “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan.   Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar.   Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be

    Last Updated : 2023-05-20

Latest chapter

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    07 : Kebencian Yang Semu

    Satchel tidak mau terlalu jauh untuk mendekatkan diri dengan Baby Aaron apalagi ayah dari bayi tersebut. Mengingat perlakuan tidak mengenakan dari pria besar tersebut membuat ia jengah setengah mati. Bahkan ia sempat berpikiran untuk pergi saja dari rumah itu dan mendapatkan pekerjaan yang baru. Namun, jika ia melakukan itu, berarti dirinya harus siap membayar denda yang tertuang dalam kontrak. “Aku akan pergi ke sana, Merry.” Satchel memasukkan ponselnya ke dalam saku. “Tunggu aku sekitar setengah jam lagi.”Satchel melihat ke kanan dan kiri, menunggu angkutan umum yang lewat, tapi tetap saja tidak ada. Sudah sepuluh menit ia menunggu, belum ada juga bus malam atau taksi yang tersedia. “Apa kau menunggu sesuatu, Nona?” Seorang pria dewasa yang menggunakan jas biru tua memperlihatkan wajahnya. Satchel hanya bisa mengernyit untuk memastikan sesuatu. “Tuan Ken?”“Kenapa kau baru pulang?” Ken bertanya tanpa keluar dari mobil hitamnya itu. “Tuan Archie baru pulang dan aku menun

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    06 : Kontrak Diri

    Satchel masih membenarkan rambutnya yang kusut. Bukan karena badai topan yang baru saja menerjangnya, melainkan bayi ini yang terus menjambak rambut merahnya bahkan hampir membuat kulit kepalanya ikut tertarik. "Tanda tangani itu!" perintah Archie sambil memberikan dua lembar kertas yang berisikan kalimat-kalimat panjang. Satchel menaruh kantung es di meja dan membaca setiap bait kalimat di kontrak tersebut. Banyak sekali bulir poin yang sesekali membuat Satchel mengerutkan keningnya kemudian menyeringai, kadang kala wanita itu juga memberikan mimik wajah aneh. "Bagaimana aku bisa bekerja jika kau membatasi hubunganku dengan sang bayi?" Satchel menunjuk poin nomor dua. "Harus ada jarak di antara kalian. Beberapa kali pengasuh sebelumnya mencoba untuk mencium anakku dan aku sangat tidak suka." Archie menyemprotkan antiseptik ke tangannya. "Aku tidak bisa membayangkan banyak kuman yang bersarang di tubuh Aaron hanya karena bersentuhan dengan pengasuh yang begitu menjijikkan."1. Mema

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir     05 : Bertemu Dengan Tuan Muda  

    Tebak apa yang ada di depan mata Satchel sekarang? Ya, kalian benar, ia sekarang berada di rumah mewah dengan pintu cokelat tinggi menjulang yang kemarin tertutup keras di depan hidung.   Satchel kembali melihat penampilannya yang ternyata lebih sopan daripada kemarin. Ia memakai kemeja kebesaran yang ia masukkan bagian depan dan juga memakai celana jeans berwarna biru. Untuk bagian bawah, ia lebih memilih menggunakan flatshoes hitam. Satchel tidak mau membuat pria bermata kuning terang itu mengejek dirinya lagi sebagai penari striptease.   Satchel menarik napas dengan teratur, mencoba untuk menghindari kegugupan yang sempat singgah di sini. Meski ia yakin bahwa setelah ini pekerjaan sebagai pengasuh bayi akan melekat untuk dirinya. Ya, ia menyukai dirinya yang sangat optimis.   Sebelum Satchel melangkahkan kaki lagi untuk mendekati pintu, suara yang sangat dalam menginterupsi dari arah Barat. Pria sama yang seperti kemarin. Pria yang selalu menampilkan wajah datar.   “Anda datang

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    04 : Dikejar Kawanan Pria Jas Hitam 

    “Anda tidak bisa lari lagi, Nona!”   Seruan itu membuat Satchel ingin sekali tenggelam di dasar bumi. Perawakan ketiga pria yang sudah ada di hadapan membuatnya sama sekali tidak bisa bernapas. Tubuh besar dan juga wajahnya yang menampilkan kesenangan karena telah menemukan Satchel saat ini. Mereka semua mengelilingi bagaikan permainan anak kecil khas melayu yang ingin menangkap satu anak di tengah.   Satchel menatap ketiga pria itu dan memberikan kesan yang biasa saja. Setidaknya untuk di detik pertama ia harus bisa menjadi sosok yang sedikit arogan. “Ada apa kalian mencariku?”   “Jangan bertingkah bodoh lagi, Nona. Mari ikut kami ke kantor dan lunasi hutang kartu kreditmu.” Pria yang memakai kacamata besar berwarna hitam itu berbicara sambil tangannya mencoba menggapai Satchel.   Satchel tentu saja menolak. Ia sama sekali tidak mau disentuh apalagi tangan mereka yang sepertinya banyak sekali kuman dan dosa. Kenapa ia berbicara seperti itu? Karena mereka mungkin sebelum bertemu

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    03 : Menahan Malu  

    Satchel senyum-senyum sendiri. Awalnya ia merasa tidak berguna di dunia ini dan bisa menjadi beban negara, tapi setelah mendapatkan kartu nama yang mungkin bisa mengubah takdirnya seumur hidup, ia tentu saja tidak akan pernah menyia-nyiakannya. Siapa yang tidak mau digaji dengan uang yang sangat fantastis dan itu hanya menjadi pengasuh bayi keluarga kaya.   Keluarga kaya?   Jika melihat dari tampilan rumah dan juga pakaian dari para pria itu tak perlu lagi didebatkan. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah, apa pekerjaan dari mereka sampai-sampai sanggup memberikan honor sebegitu besarnya.   “Ah, sudahlah, apa pun pekerjaan mereka yang pasti bisa menutupi semua pengeluaranku.” Satchel kembali menginjakkan kaki ke mal besar yang berada beberapa ratus meter dari tempatnya berdiri tadi. Cukup membuat kakinya pegal sih, tapi tak apa, untuk hari ini ia bisa memanjakan mata dengan barang-barang yang ada di etalase toko.  Satchel memasuki toko baju yang sangat terkenal seantero dunia. Sia

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    02 : Bertemu Dengan Si Kakek Kekar 

    Tubuh Satchel hampir saja terhuyung ke belakang saat pintu tinggi itu sudah tertutup dengan sempurna. Apalagi suara bantingan yang menggelegar membuat telinganya sedikit agak berdengung.   Benar-benar memang orang kaya ini. Dia tidak memiliki etika padahal dengan jelas-jelas Satchel masih berada di depan pintu.   Ia mendengus kesal.   “Lihat saja! Jangan panggil aku Satchel jika tidak bisa menembus kokohnya dinding rumah yang besar ini.”   Kruyuk!!   Uh, benar-benar hari yang sangat membuatnya ingin sekali memakan daging manusia. Bagaimana bisa di tengah ia yang sedang marah, perut ini tidak bisa diajak kerja sama.   “Ayolah, cacing, apa kau tidak bisa memberikanku waktu sejenak untuk mencari uang? Kau tidak lihat bagaimana tadi pria besar itu menutup pintu dengan sangat kencang? Andaikan aku rayap, aku bisa dengan mudah menggigiti pintu besar ini!”   Satchel menatap ke sekeliling halaman yang luas ini. Sebenarnya agak aneh karena di rumah ini kenapa tidak ada penjaga atau pela

  • Ayah Anakku Adalah sang Presdir    01 : Percobaan Pertama  

    “Aku ke sini bermaksud untuk melamar pekerjaan.” Tanpa tedeng aling-aling wanita berambut merah mengatakan hal tersebut pada seseorang yang menjulang jauh lebih tinggi di atasnya. Pria yang memiliki kesan terkejut dibalut dengan muka yang sinis. Awalnya wanita itu berpikir akan disambut oleh seorang pelayan atau sang penjaga di rumah besar ini, tapi ternyata salah.   “Kau ingin melamar pekerjaan? Sebagai apa?” tanya pria itu dengan suara dalamnya. Tapi jujur saja wanita itu menyukai suara yang serak nan dalam.   “Melamar ... aku akan melamar sebagai pengasuh bayi.” Wanita itu menyerahkan koran yang dibawanya dan juga map yang berisi surat lamaran pekerjaan.   Ia sedikit berdeham untuk mengontrol napas yang terasa pendek karena diperhatikan pria itu sedemikian intens. Mata sang pria yang memindai dari atas ke bawah secara berulang kali itu membuat kakinya seperti agar-agar yang baru saja ditaruh ke dalam piring besar.   Tak ada ekspresi apa-apa yang ditampilkan pria yang sialnya be

DMCA.com Protection Status